“Jiamput, tibak e podo ae, jenenge kekuasaan gak onok seng berpihak nang rakyat. Seng onok gae kepentingan keluarga lan kroni-kroni ne tok, rakyat cuma gawe alat. Mbangun dalan sek diketok, gawe plengsengan dipangkas, ngekek i seragam gratis yo jek dibati, ngedum bantuan yo jek ditagih persenan, aparat hukum seng dikarepno iso mbelo masyarakat malah dadi siji karo penguasa, terus kudu percoyo sopo lek wes ngene ?,” celoteh Cak Besut tanpa henti, sembari menyeruput kopi seduhan Rusmini.
Man Gondo, Lek Sumo, dan Rusmini hanya terdiam mendengar sumpah serapah sejawatnya ini. Mereka tak mengerti arah pembicaraan Cak Besut. Cak Besut sendiri seolah tak peduli dengan keadaan sekitar. Dihisap rokok putih favoritnya dalam-dalam. Kepulan asap yang dihembuskan dari rongga dada terdalam, seakan serasi dengan kenikmatan kopi Rusmini.
Tanpa diminta, Cak Besut mengerti apa yang sedang dipikirkan tiga rekannya. Dia pun membuka obrolan siang itu dan alasan mengapa dia sampai kesal tanpa ada pelampiasan.
“Aku sak temene males wisan mbahas ngene iki. Wes ket biyen yo ngunu, cuma sak iki kok malah nemen,” oceh Cak Besut memulai ceritanya. Menurut Cak Besut, pasca peralihan kekuasaan dari Adipati sebelumnya, kondisi Kadipaten Njomplang belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Yang ada saling tuding demi kepentingan nafsu golongan mereka.
Selain rakyat yang jadi korban, para penguasa juga makin merajalela. Guna memuaskan syahwat kekuasaan, menurut Cak Besut , para penguasa tidak segan berselingkuh dengan aparat penegak hukum. “Sak iki delok en ta, enek ta perkoro seng mambu penyelewengan duit rakyat diproses sak mestine, seng ketok malah penguasa karo penegak hukum jawil-jawilan ben podo lancar e,” jare Cak Besut tanpa menyebut contoh spesifik perkara yang ia maksud.
Belum lagi ketika kawan dianggap lawan. Karena tak sengaja berteman dengan orang-orang yang dianggap menghalangi kepentingan penguasa. “Kadipaten iki wes gak sehat, mesti ne wes gak usah dijenengo Njomplang, ganti ae Republik Baper,” kesal Cak Besut sembari pergi meninggalkan ketiga rekannya.
Tidak ada bantahan dari ketiga sejawatnya. Entah karena tak mengerti arah pembicaraan Cak Besut atau hal yang lain. Dari kejauhan, Cak Besut seperti biasa melempar parikan. Jare Cak Besut :
Tuku kamper nang pasar legi
Digowo moleh gawe pengharum lemari
Lek Baper ojo dadi petinggi
Kuatir kejeglang kasus korupsi
*Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.