PETERONGAN, (kabarjombang.com) – Dinaikkannya tarif dasar listrik oleh pemerintah pusat berdampak buruk bagi pengusaha kecil. Bagaimana tidak, seperti yang dialami Sholikin (55) salah satu pengusaha krupuk yang berada di Dusun Ngrumek, Desa Nglele, Kecamatan Petrongan. Dia mengaku kebingungan dengan naiknya tarif listrik.
Banyangkan saja, dalam satu bulan dirinya bisa mengeluarkan Rp 500 ribu hanya untuk biaya produksi pencetakan krupuk dengan mesin yang menggunakan sumberdaya listrik. “Listrik untuk di pabrik krupuk ini sekitar 2200 watt dan setiap bulannya kita keluarkan biaya listrik sekitar Rp 500 sampai Rp 600 ribu. Itu hanya untuk mesin molen pencampur adonan dengan mesin pencetak krupuk. Belum lagi untuk biaya pembuatan bahan dasar krupuk sendiri,” keluhnya.
Sebelum kenaikan tarif listrik, dalam sehari Sholikin mengaku bisa menghabiskan sekitar 2 sampai 3 kwintal tepung untuk bahan dasar pembuatan krupuk. ”Setelah naiknya listrik ini, saya hanya berani produksi satu kwintal krupuk. Belum lagi musim hujan yang datang, jelas ini membuat penggunaan listrik lebih banyak, karena untuk proses penjemuran harus menggunakan open lagi,” bebernya.
Untuk menyiasati keuangan karena dampak tarif listrik naik, Sholikin terpaksa harus mengurangi produksinya. Karena tidak dimungkinkan baginya untuk menaikkan harga kerupuk yang diproduksinya. “Kita jual Rp 16,500 per kilogram. Kalau harga segitu kita naikan lagi, pelanggan kita akan pindah ke pabrik krupuk lainnya. Dan itu akan membuat permasalahan baru lagi,” ujarnya.
Selain itu, dia berharap agar pemertintah mengkaji ulang terkait naiknya tariff listrik. Karena bagaimanapun, pengusaha kecil seperti dia yang langsung terdampak. “Kalau listrik dinaikkan yang sengsara kita-kita ini. Apalagi daya listrik milik saya 2200 watt. Dalam data yang dikeluarkan pemerintah bahwa listrik Rumah Tangga R-1/Tegangan Rendah (TR) daya 1.300 VA sampai dengan Rumah Tangga R-1/TR daya 2.200 VA dinaikan,” keluhnya saat ditemui di pabriknya, Jumat (04/12/2015) pagi. (ari)