JOMBANG, (kabarjombang.com) – Diare pada anak (usia 0-18 tahun) ditandai dengan encernya tinja yang dikeluarkan atau buang air besar (BAB) dengan frekuensi yang lebih sering dibandingkan dengan biasanya.
Pada umumnya, diare terjadi diakibatkan infeksi virus, bakteri, cacing. Jika pada bayi, bisa disebabkan karena alergi susu sapi (infeksi laktosa). Diare bisa berdampak fatal apabila penderita mengalami dehidrasi akibat kehilangan banyak cairan dari tubuh.
“Jangan anggap remeh penyakit diare ini, sebab bisa berujung pada kematian,” kata dr Hudi Wiyassari SpA Mbiomed, dokter spesialis anak RS Moedjito Dwijosiswojo, Kabupaten Jombang, pada acara talkshow di radio Kartika FM, Jum’at (23/10/2015) jam 18.30 WIB.
dr Hudi mengatakan, ada tiga tingkatan diare, yakni dehidrasi (kehilangan cairan) ringan, sedang dan berat. Pada dehidrasi ringan biasanya anak masih bisa bermain seperti biasa. Sementara dehidrasi sedang ditandai anak gelisah, sering haus, matanya cekung, dan mulutnya kering. Dan dehidrasi berat ditandai dengan kondisi anak lemah, mata sangat cekung, dan tidak sadar.
“Maka orang tua perlu mendeteksi lebih dini kondisi anak diare. Jika anak mengalami dehidrasi berkategori sedang, sudah harus mendapat pertolongan medis. Sebab, jika dibiarkan, anak akan mengalami dehidrasi berat, dan bisa menyebabkan kematian,” terang dr Hudi.
Jika anak terdeteksi dehidrasi ringan, lanjut dr Hudi, yang harus dilakukan orang tua adalah memberikan oralit sebanyak 10 x berat badan, kemudian dicampur dengan air sebanyak 200 ml. “Diberikan hingga diare mampet. Disamping itu, terus diberi ASI, meminum air bersih, bisa diberi teh, atau air tajin (air rebusan nasi),” lanjutnya.
Ditanya, apakah oralit sama dengan gula dan garam? dr Hudi menyarankan agar menggunakan oralit. Pasalnya, sebagian besar orang tua tidak mengetahui kadar campuran antara gula dan garam. “Fungsi oralit hanya untuk mengganti cairan yang hilang dan elektrolit yang keluar,” jawabnya.
“Disinilah perbedaan mengobati diare pada anak dan orang dewasa. Jika orang dewasa diberi obat anti diare, tapi pada anak hanya mengganti cairan yang hilang,” sambung dr Hudi.
Dokter yang praktek di RS di Jl Hayam Wuruk No 9 Jombang ini juga mengatakan, ada beberapa langkah pencegahan penyakit diare, yakni memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, dan diberi makanan tambahan pada usia 6 bulan keatas. Disamping itu, menjaga makanan dan minuman tetap higienis, kebersihan MCK harus diperhatikan, membuang tinja anak ke kakus atau tidak sembarangan, memberikan imunisasi, dan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan. (rief)