KABARJOMBANG.COM – Meski sudah puluhan tahun menjadi masalah bersama bagi warga Desa Marmoyo, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, namun hingga saat ini, belum ada penyelesaian dari pemerintah, terkait krisis air bersih yang sering terjadi di desa tersebut.
Akibatnya, sejumlah warga harus langganan mengkonsumsi air resapan sungai sejak puluhan tahun lamanya. Musim kemarau yang terjadi setiap tahun, bagaikan momok tersendiri warga warga yang berada di tengah hutan tersebut.
Tak ayal, jurus untuk menghadapi musim kemarau adalah dengan menggali sedalam mungkin tanah di aliran sungai yang berada dekat pemukiman warga. Meski terlihat kotor dan menguning, seakan tak dihiraukan warga. Kebutuhan air yang menjadi salah satu pokok pusaran di kehidupan manusia, menjadi alasan utama warga tetap nekad merasakan getirnya air resapan sungai.
“Air ini kita gali agar bisa mengeluarkan resapan sisa air sungai yang sudah mengering. Kondisinya ya begini ini, kuning dan kotor karena sampah sungai,” ujar Kasto (56), salah satu warga yang nekad menggunakan air resapan sungai.
Di sepanjang sungai yang berada di tengah pemukiman warga, terlihat hampir semuanya ada lubang resapan yang digunakan warga, untuk tetap bisa menikmati air. Kondisi pemukiman yang berada di lereng hutan yang kering, membuat air semakin mustahil didapatkan dari tanah warga.
“Memang masing-masing lingkungan mempunyai kubangan tersendiri untuk bisa digunakan warga. Karena saat musim seperti ini sulit untuk mendapatkan air bersih,” ujar Suli (56) warga lainnya.
Selain musim kemarau, beberapa warga yang sudah memiliki sumur sendiri, memberikan air bersih dari sumur untuk berbagi dengan warga lain. Namun di saat musim kemarau, air dalam sumur sangat sulit didapat. Meski terdapat air, namun hanya bisa digunakan untuk beberapa rumah tangga saja.
“Sudah ada warga lain yang memiliki sumur di rumahnya. Nah, sumur itu keluar air saat musim penghujan datang. Saat kemarau, tidak cukup untuk digunakan warga lain. Sehingga yang tidak punya sumur kesulitan,” terang Suli.
Menurutnya, air yang didapat dari kubangan, memang tidak digunakan untuk konsumsi minum warga. Tetapi digunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti mencuci, mandi, serta untuk minum ternak.
“Untuk kebutuhan masak dan minum, kita harus beli air kemasan yang berada di pusat Kecamatan Kabuh. Dari sini jauh, sehingga warga harus susah payah,” katanya.
Meski merasa menjerit dengan adanya krisis air tersebut, hingga saat ini sejumlah warga masih belum mendapatkan bantuan air bersih dari pemerintah.
“Kekeringan terjadi sejak sesudah bulan puasa kemarin. Tapi hingga saat ini, belum ada bantuan air bersih sama sekali. Biasanya musim-musim seperti ini banyak yang mengirimkan bantuan air, tapi sekarang belum. Ya, kita minta pemerintah segera tanggap dan mengirimkan air kepada warga,” pesannya. (ari/kj)