Tren Gowes Saat Pandemi Covid-19, Cara Gaya Hidup Sehat

llustrasi. (Foto: Istimewa).
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Jika kita menarik waktu ke belakang sepertinya kita akan menemukan sebuah kalimat yang tidak asing seperti “Jangan sampai termakan zaman”. Kalimat tersebut mungkin terdengar akrab di telinga dan ingatan kita.

Tidak bisa dipungkiri setiap zaman pasti akan berubah. Meski kadang kita tidak menyadarinya, tapi perubahan tersebut pasti terjadi.

Baca Juga

Teknologi sudah pasti mengalami perubahan, selain itu gaya hidup, pakaian, bahkan tren dan pola pikir manusia juga akan mengalaminya. Semuanya akan berkembang dan berubah sesuai dengan tempat dan lingkungan kita.

Kemudian bagaimana sikap kita terhadap semua perubahan tersebut? Apakah kita harus mengikuti setiap perkembangannya dan menelan mentah-mentah?

Pandemi Covid-19 di Indonesia menyadarkan banyak orang tentang pentingnya berolahraga untuk menjaga tubuh agar tetap sehat. Sebab, virus corona diketahui rentan menyerang seseorang yang tidak memiliki imunitas tubuh yang kuat.

Untuk menerapkan gaya hidup sehat, masyarakat banyak memilih bersepeda sebagai alternatif untuk berolahraga.

Banyak masyarakat berbondong-bondong kembali mengeluarkan sepeda miliknya dari garasi dan ada juga yang rela merogoh kocek untuk membeli sepeda baru.

Buntutnya, toko sepeda dan segala perlengkapannya pun seperti ketiban rezeki nomplok. Pasalnya sepeda kelas teri hingga kakap ludes seperti kacang goreng.

Oleh karena itu, tidak butuh waktu lama bagi penggemar sepeda untuk merajai ruang kota. Tidak sedikit juga yang acuh pada faktor keselamatan dan enggan mematuhi rambu lalu lintas.

Lalu apakah fenomena ini sebatas tren semata atau memang benar-benar karena kesadaran masyarakat untuk memulai hidup sehat? Jawabannya mungkin bisa kita temukan usai pandemi atau beberapa bulan lagi dari sekarang.

Bicara soal tren dan sepeda, pada pertengahan tahun 2011 sepeda fixed gear pernah menjadi primadona di Indonesia.

Semua orang berduyun-duyun merakit hingga membeli sepeda tersebut. Jalanan dipenuhi dengan sepeda yang mempunyai ciri khas rem doltrap, gear belakang tunggal dan warna yang aduhai serta menggugah mata.

Lalu sepeda fix gear menjamur seperti menjadi identitas diri bagi para empunya. Setiap sepeda memiliki karakter tersendiri sesuai pemiliknya.

Selanjutnya apakah yang terjadi pada tahun berikutnya? Tren tetaplah tren yang akan dimakan zaman. Tren fix gear tidak bertahan lama.

Mengapa itu bisa terjadi? Ya, bisa saja terjadi jika kita hanya mengikuti tren saja. Lama-lama akan menjadi bosan. Lagi pula jika bersepeda untuk jarak jauh dan dilakukan setiap hari di Jakarta maupun beberapa daerah sub-urban lainnya, rasanya kita akan lebih banyak rugi.

Selain alasan kelelahan, polusi di kota juga bisa membahayakan kesehatan jika tidak diperhatikan dengan baik saat gowes (bersepeda).

Lantas sekarang apakah pengguna sepeda hanya ingin merasakan euforia bersepeda karena tren akibat pandemi atau benar-benar menerapkan pola hidup sehat?

Rasanya harus dipikirkan lagi, sebab mengikuti perkembangan zaman memang perlu. Namun jangan sampai kita termakan perkembangan zaman.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait