Tergeser Oleh Industri, Pandai Besi Kian Sepi

Besalen milik Hudi yang jarang berfungsi. (Foto: Daniel Eko)
  • Whatsapp

BARENG, KabarJombang.com – Dalam banyak hal, kemajuan teknologi sedikit demi sedikit menggeser keberadaan produksi manual. Saat ini bahkan mesin bisa dikata telah mengalahkan tenaga dan kepiawaian manusia berkarya dengan tangannya.

Tak hanya soal kerajinan perabot rumah tangga yang akhirnya digeser dengan industri berbasis plastik, perlengkapan rumah tangga dari bahan besi pun demikian. Wajan, belati dan alat tajam dari besi yang dulu mengandalkan tenaga dan kepiawaian, sekarang berganti dengan aluminium dan stainless steel yang diproduksi dengan mesin.

Baca Juga

Pergeseran itu sangat dirasakan oleh Hudi (49), warga Dusun Murangagung, Desa Kebondalem, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Pemilik CV Sinar Barokah yang menggeluti usaha pandai besi itu semakin hari semakin kehilangan peluang untuk berkembang.

Besalen (bengkel penempaan besi untuk membuat beragam kerajinan) yang dulu setiap hari riuh rendah oleh suara besi beradu tempa-menempa, sekarang lebih banyak sunyi. Sembilan pekerja yang sebelumnya setiap hari bekerja di besalen itu, sekarang hanya sesekali di setiap pekan. Itu pun hanya beberapa orang, yang lain sudah memilih berpindah profesi menjadi petani atau peternak.

“Di besalen ini kerjanya sekarang tidak mesti. Kalau pas ramai pesanan, seminggu bisa libur hanya dua hari. Tapi, kalau lagi sepi, seminggu kerja dua hari sudah bagus,” kata Hudi, di kediamannya, Senin (3/8/2020).

Hudi yang dikenal spesialis pembuat wajan itu merupakan generasi kedua yang meneruskan usaha yang dirintis moyang sejak tahun 40-an itu. Dia mengatakan, di kampungnya saat ini ada tiga pengusaha pandai besi yang masih bertahan dalam keterbatasan.

“Persaingan saat ini semakin ketat. Selain banyak pandai besi di daerah lainnya bermunculan, industri yang mengandalkan mesin tentu sangat berpengaruh,” tutur pria yang sudah menekuni kerajinan penempaan besi selama 19 tahun itu.

Di perusahaan warisan leluhurnya itu, saat ini Hudi bertahan melayani pesanan dari pabrik kecil-kecilan seperti pabrik tahu, pabrik kecap, pabrik gula merah dan pabrik kerupuk.

Dia sudah tak pernah lagi mendapat pesanan wajan kebutuhan rumah tangga. Wajan cor aluminium sudah menggesernya. Di pasaran, mahalnya wajan besi tempaan kalah oleh murahnya wajan cor.

“Memang benar wajan produksi mesin itu mulus dan rata, kalau di sini memang sedikit bergelombang. Tapi, kekokohan dan kekuatannya jauh dibanding produksi pandai,” terang Hudi.

Soal perhatian dan pemberdayaan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang, Hudi mengatakan pernah didatangi oleh petugas dari Dinas Perindustrian. Waktu itu, dia dengar-dengar akan mendapat bantuan.

“Bantuan itu sepertinya ada, tapi saya sampai saat ini tidak pernah menerima,” pungkasnya. (CW-2)

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait