Foto : Chusnul Khotimah, pendamping kegiatan dari Forum Anak saat mengajak anak-anak mengisi waktu liburannya dengan bermain permainan tradisional dan edukasi. (Istimewa)
MOJOAGUNG, KabarJombang.com – Di tengah arus kuat digitalisasi yang mengubah pola interaksi anak, masyarakat Desa Miagan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, memberikan angin segar melalui sebuah inisiatif komunitas yang memadukan edukasi, budaya, dan kebersamaan.
Kegiatan bertajuk ‘Dolanan Anak Desa’ yang digelar di Lapangan Alun-Alun Cemara pada Minggu (29/6/2025) berhasil menarik perhatian puluhan anak dan orang tua. Sekitar 80 anak dari dua dusun dan wilayah sekitar antusias mengikuti acara yang menghidupkan kembali permainan tradisional, sekaligus memperkuat nilai-nilai sosial di antara generasi muda.
Forum Anak Desa Miagan selaku penggagas kegiatan menyebutkan bahwa kegiatan ini bertujuan menciptakan ruang alternatif bagi anak-anak selama libur sekolah, sekaligus memperkenalkan kembali permainan khas Nusantara seperti gobak sodor, lompat tali, dakon, hingga betengan.
“Permainan tradisional bukan hanya hiburan, tapi sarana penting untuk membangun kerja sama, sportivitas, dan empati. Ini yang mulai hilang di era gadget,” ujar Chusnul Khotimah, salah satu pendamping acara saat dikonfirmasi pada Selasa (1/7/2025).
Tak hanya permainan fisik, peserta juga diajak mengeksplorasi sains lewat simulasi sederhana seperti letusan gunung dan filtrasi air. Pojok baca dan permainan edukatif juga dihadirkan untuk menyeimbangkan antara hiburan dan pembelajaran.
Menjelang akhir acara, seluruh anak melakukan cap jempol di atas kain putih sebagai simbol dukungan terhadap gerakan anti-perundungan (anti-bullying), sekaligus pesan moral bahwa dunia anak harus menjadi ruang yang aman dan saling menghargai.
Chusnul menambahkan, kegiatan ini juga menjadi upaya menjaga warisan budaya agar tidak tergerus oleh budaya luar. “Kami ingin anak-anak Miagan tetap bangga dengan identitas lokal. Mereka perlu ruang nyata untuk berinteraksi dan tumbuh secara sehat, tidak hanya terpaku pada layar,” terangnya.
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari warga dan menjadi contoh sinergi antara komunitas lokal dan keluarga dalam membentuk karakter anak. Banyak pihak berharap program serupa bisa digelar secara rutin sebagai bagian dari gerakan sosial berbasis budaya yang berkelanjutan.
Leave a Comment