Foto : Farel Yuda Kusuma, pewayang muda asal Kaliwungu, Jombang saat menunjukan wayang hasil karyanya dari kertas karton. (Kevin Nizar)
JOMBANG, KabarJombang.com – Di era yang serba digital ini, banyak generasi muda yang mulai jauh dari budaya tradisional. Namun, tidak dengan Farel Yuda Kusuma, seorang pemuda 18 tahun asal Kelurahan Kaliwungu, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang. Ia justru memilih untuk menghidupkan kembali seni wayang yang sudah melekat erat dengan budaya Jawa.
Sejak usia 7 tahun, Farel sudah tertarik dengan keindahan bentuk dan filosofi yang terkandung dalam wayang. Tak hanya sekadar menyukai, ia kini terampil membuat wayang dengan tangannya sendiri dan membagikan karyanya melalui dunia maya. Dengan semangat yang tinggi, Farel membuktikan bahwa seni tradisional masih punya tempat di hati anak muda masa kini.
Farel pertama kali mengenal wayang saat masih duduk di bangku kelas 1 SD pada tahun 2013. Kecintaannya berawal dari sebuah pepak Bahasa Jawa yang memuat gambar wayang, yang langsung menarik perhatian Farel. “Bagi saya, waktu itu gambar wayang yang ada di buku pepak bahasa jawa sangat menarik, terutama dari segi bentuknya yang unik,” ungkap siswa SMAN 3 Jombang tersebut.
Meskipun tidak ada latar belakang seni atau wayang dalam keluarganya, darah seni tetap mengalir dalam diri Farel. Kakeknya atau Mbah Kakung, adalah seorang pengrawit atau penabuh gamelan, yang menumbuhkan benih seni dalam keluarga mereka.
Dari ketertarikannya pada wayang, Farel mulai belajar secara otodidak dengan mencari referensi melalui internet dan buku-buku tentang wayang. Hingga akhirnya, pada sekitar kelas 4 SD, ia mulai mendalami pembuatan wayang, bahkan memulai usaha untuk menjual wayang berbahan dasar kertas karton.
“Saya membuat wayang untuk diri sendiri, tetapi jika ada yang tertarik, saya menerima pesanan,” ujarnya. Usaha tersebut kini dikenal dengan nama KF Productions yang memasarkan karya-karyanya melalui platform media sosial Instagram.
Selain keterampilannya dalam membuat wayang, Farel juga pernah terlibat dalam pentas seni. Meskipun belum pernah tampil penuh sebagai dalang, Farel pernah mengisi acara di sekolahnya, memainkan peran sebagai dalang yang didukung oleh teman-teman pengiring musik Karawitan. “Saya memang di mengikuti ekstrakurikuler karawitan di sekolah, jadi saya lebih banyak belajar tentang musik dan seni pertunjukan,” tambahnya.
Farel mengaku sangat mengagumi cerita-cerita dalam pewayangan, terutama lakon Pendawa Sukur atau Sesaji Rajo Joyo. Cerita tersebut menceritakan keberhasilan Pandawa dalam membangun negara dan mengadakan sesaji yang penuh dengan nilai moral tentang kebijaksanaan dan keteguhan pendirian.
Di balik kecintaannya terhadap wayang, Farel melihat seni tradisional ini sebagai terapi yang menenangkan jiwa, sebuah keindahan dan harmoni yang dapat dijadikan sebagai pelarian dari kesibukan dunia modern. “Bagi saya, wayang bukan hanya soal bentuknya, tetapi juga nilai estetika yang terkandung di dalamnya. Itu yang membuat saya terus menyukai dan menggeluti seni ini,” tuturnya.
Meskipun masih muda, Farel menunjukkan dedikasinya dalam menjaga dan mempromosikan budaya Jawa. Dengan semangat, ia berharap generasi muda lainnya bisa lebih mengenal dan menghargai warisan budaya kita, seperti wayang. “Boleh saja mencintai budaya luar, tapi jangan sampai kita terlena dan melupakan budaya kita sendiri. Wayang memiliki banyak nilai moral yang dapat kita petik,” pesan Farel.
Dengan harapan agar seni tradisional tetap lestari, Farel terus berkarya dan berusaha menjadi inspirasi bagi teman-teman seusianya untuk lebih mencintai budaya Indonesia. Sebagai anak muda yang sudah mulai menjalani profesinya di dunia wayang, Farel berharap bisa terus mengembangkan keterampilannya dan menjadikan seni tradisional ini sebagai bagian dari perjalanan hidupnya.
Saat ini, Farel sudah proses menjelang lulus SMAN 3 Jombang dan melanjutkan pendidikanya di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) jurusan Sendratasik, sambil terus mengembangkan karya-karyanya dalam dunia seni pewayangan.
Leave a Comment