KABARJOMBANG.COM – Pesatnya perkembangan informasi dan teknologi (IT) dengan segala pirantinya, tak bisa dipungkiri, juga memunculkan fenomena di dunia maya, yakni makin bertebarannya berita berindikasi Hoax (bohong) di media sosial (Medsos).
“Disinilah, diharapkan pembaca atau pengguna medsos lebih bijak memilih dan memilah, mana berita hoax dan mana berita yang bisa dipertanggung jawabkan,” ujar Aan Hidayat, saat menyampaikan materi “Pembaca Lawan Hoax” dalam kegiatan Kumpul Bareng dan Diskusi yang dihelat Sahabat KabarJombang.com di Taman Kebonratu Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang, Minggu (16/4/2017).
Menurut Aan, pembeda karya jurnalistik dengan informasi hoax, diantaranya yakni isi informasi atau berita yang ditulis sudah melalui rangkaian tahapan. Mulai dari penggalian lebih dalam pada sumber berita, pencarian kebenaran atas informasi yang diterima melalui narasumber atau yang berkompeten.
“Bahayanya lagi, jika informasi hoax tersebut disebar, akan menambah keresahan bagi mereka yang membacanya. Lebih-lebih, jika anak dibawah umur tanpa dampingan orang tua, saat browsing internet,” papar wartawan KabarJombang.com ini.
Masih kata Aan, penyebar informasi hoax di Medsos, biasanya oleh situs-situs yang redaksionalnya remang-remang, juga menyerupai situs berita otentik. “Setidaknya, situs berita otentik, sudah terdaftar di Dewan Pers, sebagai lembaga yang menaungi media massa,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Jombang, Iptu Dwi Retno Suharti mengatakan, perkembangan IT juga memiliki dampak negatif pada anak. Karenanya, orang tua memiliki peran penting dalam mengawasi dan memberi wawasan kepada anak terkait apa yang bertebaran di dunia maya.
Menurutnya, saat ini, anak pada usia 14 tahun atau setara SMP kelas 2, rentan menjadi korban pencabulan. “Ini biasanya diawali oleh penggunaan medsos yang lepas dari pantauan orangtua. Dari situ, akan ada perkenalan, pertemuan, hingga tragedi pencabulan,” paparnya saat didapuk menjadi pemateri “Upaya Orangtua Mengantisipasi Kenakalan Anak” pada acara tersebut.
Dirinya juga tak menampik adanya upaya pemerintah dalam melakukan sosialisasi terkait penanggulangan prilaku kriminalitas atau menjadi korban kriminalitas. Namun, pihaknya menyatakan, jika sosialisasi tersebut lebih mengena dilakukan di lembaga pendidikan (sekolah). “Kendalanya pada peserta yang hadir jika dilakukan di luar sekolah,” kata mbak Retno, begitu Polwan ini akrab disapa.
Mbak Retno juga mengatakan, jika terjadi kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), jangan keburu melapor ke polisi. Menurutnya, seyogyanya ada upaya mediasi oleh Tiga Pilar yang ada di Pemerintah Desa (Pemdes) setempat. “Pernah ada, ketika suaminya ditangkap, selang beberapa waktu, isterinya merengek untuk dibebaskan. Alasannya, tidak ada yang mencarikan nafkah. Lebih baik, dimediasi dulu,” paparnya.
Disisi lain, Arief Anas mengatakan, Sahabat KabarJombang.com terbentuk oleh inisiatif pembaca media online KabarJombang.com, dari komunikasi yang intens. “Saat ini, hampir 100 warga Jombang yang tergabung dalam komunitas Sahabat KabarJombang.com. Kami juga membuka lebar, bagi yang ingin bergabung dan aktif di komunitas ini,” kata Anas.
Dari komunitas tersebut, lanjutnya, akan muncul hal-hal kreatif dan membangun, baik untuk media online KabarJombang.com maupun Kabupaten Jombang. “Kita berkomitmen akan terus action dalam hal-hal yang sifatnya membangun. Tentunya, pertemuan komunitas Sahabat KabarJombang.com akan dilaksanakan secara berkelanjutan,” pungkasnya Pemred KabarJombang.com ini. (aan/rief)