Salah Sasaran Penerima Bantuan Sosial di Jombang

Kartu Keluarga Sejatera untuk pengambilan Penyaluran Bansos Non Tunai Program Keluarga Harapan (PKH). (Foto: Beritasatu)
Kartu Keluarga Sejatera untuk pengambilan Penyaluran Bansos Non Tunai Program Keluarga Harapan (PKH). (Foto: Beritasatu)
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Beragam bantuan sosial (bansos) yang digelontorkan pemerintah di jombang banyak dikeluhkan. Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang menjadi acuan pembagian belum sepenuhnya valid, sehingga distribusi bansos dirasa tidak merata bahkan banyak salah sasaran karena lemahnya pembaruan data di tingkat Kabupaten.

Program Keluarga Harapan (PKH) yang diharapkan bisa membantu keluarga miskin di Kabupaten Jombang nyatanya belum tepat sasaran. Masyarakat yang sangat membutuhkan tidak dapat bantuan sedangkan warga sejahtera justru mendapatkan bantuan.

Baca Juga

GD, warga Desa Pulorejo, Kecamatan Tembelang yang menjadi keluarga penerima manfaat (KPM) program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) misalnya dia mempunyai rumah sangat layak jauh dari kategori keluarga miskin.

Selain memiliki rumah layak huni, pergelangan tangan GD juga melingkar gelang emas beberapa buah. Kondisi ini diketahui saat tim KabarJombang.com melakukan siaran langsung ke keluarga penerima manfaat di desa Pulorejo Kecamatan Tembelang.

Beragam tanggapan dari warganet pun bermunculan seperti dituliskan akun Sri W yang mempertanyakan sikap dari pemerintah terutama Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Jombang.

“Pemerintah ini gimana, orang yang sudah sejahtera punya gelang banyak malah dapat bansos dan tidak dicabut. Tapi warga miskin malah BPNT nya dicabut, saldo kosong,” kata Sri.

Sementara akun bernama Cak Imam juga mengungkapkan hal yang sama.

“Rumahnya bagus kayak hotel kok tetap dikasih bansos BPNT,” tuturnya.

Hal berbeda justru dialami Sumiati, nenek berusia 80 tahun warga Desa Candimulyo, Kecamatan/Kabupaten Jombang ini justru tidak mendapatkan bantuan sosial (bansos) dari pemerintah.

Nenek Sumiati kini hanya bisa terbaring lemah di atas ranjangnya dan tinggal bersama adiknya bernama Sri di sebuah rumah yang nampak sangat sederhana. Sri lha yang saat ini merawat Sumiati.

Sri yang merupakan single parent setelah ditinggal suaminya meninggal, harus rela banting tulang untuk menghidupi kakaknya yang sakit serta mencukupi kebutuhan anak-anaknya dengan membuka warung kopi tepat di depan SDN Candimulyo 1.

Kondisi ekonomi mereka yang memprihatinkan baik kondisi Sumiati maupun Sri, keduanya sangat membutuhkan bantuan sosial dari pemerintah.

“Kami nggak pernah dapat bantuan-bantuan lainnya. Hanya tahun 2020 itu kakak saya yang mendapat bantuan BPNT ini, tapi bulan Januari 2021 ini bantuan itu telah dicabut. Saldonya kosong dan kami tak menerima sembako itu,” ungkap Sri saat berbincang dengan KabarJombang.com, Selasa (26/1/2021).

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait