Foto: Aan suhanjoyo petani cabai asal desa Pulurejo Ngoro Jombang sedang menunjukkan kondisi tanaman cabai miliknya yang terkena penyakit patek. (Wahyu/KabarJombang).
NGORO, KabarJombang.com – Curah hujan yang masih sering terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Jombang berdampak langsung kepada para petani cabai. Salah satunya pada pertanian cabai di Kecamatan Ngoro yang terserang hama Petek. Akibat serangan hama tersebut, tanaman cabai bis arusak dan gagal panen.
Aan Suhanjoyo salah satu petani cabai asal Dusun Bodo Desa Pulorejo Kecamatan Ngoro mengeluhkan serangan hama patek tersebut.
Menurutnya, hama patek sudah menjadi penyakit langganan bagi tanaman cabe ketika hujan sering turun. Ditambah kurangnya sinar matahari yang menyebabkan cabai bisa cepat membusuk.
“Hama patek sudah semacam langganan penyakit bagi tanaman cabe. Akibat hujan berkepanjangan yang saat ini masih sering turun, biasanya bulan April, Mei, dan Juni. Hal itu membuat sebagian cabe cepat membusuk,” ujarnya.
Selama ini, usaha yang dilakukan oleh Aan suhanjoyo dengan memberikan berbagai macam obat, hasilnya masih tetap banyak cabai yang membusuk.
“Sudah saya berikan obat pertanian untuk mengatasi hama patek hingga mengeluarkan uang minimal Rp 400.000. Namun, hasilnya nihil masih banyak cabai yang busuk,”ucap Aan.
Ia menjelaskan, total dari 4 sampai 5 kali panen cabai, hanya mendapatkan kurang dari 2 kwintal. Hasil tersebut sangat berbanding terbalik disaat musim kemarau.
“Lima kali panen cabai hanya mendapatkan 1 kwintal, sedangkan jika musim kemarau tanaman cabai tidak terkena hama patek sekali panen bisa sampai setengah kwintal. Sangat berbeda signifikan,”ungkap Aan.
Musim penghujan turut memberikan harga cabai dari petani ke Pasar Induk menurun akibat banyaknya cabai yang gagal panen. Harga cabai dari petani sempat menyentuh Rp10.000 per kilo.
“Musim hujan seperti ini harga cabai sempat menyentuh Rp10.000 per kilo ketika menjual ke Pasar Sayur Pare, namun saat ini harga cabai sudah Rp 15.000 sampai Rp 16.000. Harga tersebut masih tergolong rugi bagi para petani cabai,”ujarnya.
Aan suhanjoyo menyatakan bahwa saat ini, para petani cabai bisa dikatakan gagal panen dengan melihat kondisi cuaca saat ini.
“Ini sudah bisa dikatakan kami para petani cabai gagal panen dengan kondisi penyakit patek. 30 Kilo sampai 40 Kilo cabai milik saya yang sudah terkena hama patek. Lahan cabai yang saya miliki, seharusnya sekali petik itu mendapatkan 60 sampai 70 Kilo. Bahkan jika ditotal keseluruhan apabila tidak terkena penyakit patek bisa 5 Kuintal hingga 6 Kuintal ,”ucapnya.
Harapan Aan perlunya keterlibatan dinas terkait agar memperhatikan kondisi petani saat ini, khususnya para petani cabai yang sedang di serang wabah patek. Perlunya bantuan berupa subsidi obat-obatan khusus untuk menanggulangi penyakit patek turut ia lontarkan.
“Kami para petani, khususnya petani cabai berharap agar dinas terkait ikut memperhatikan kondisi para petani yang sedang berusaha merawat tanamannya,agar terhindar dari penyakit seperti patek. Mohon adanya bantuan obat-obatan pertanian atau subsidi terhadap obat-obatan khusus untuk menanggulangi penyakit patek. Terlebih dinas terkait juga ikut memberikan sosialisasi cara merawat cabai di musim penghujan, dan turut memberikan dana atau modal tambahan bagi para petani,”harapnya.
Sementara itu, Jenis cabai yang ia tanam memiliki 2 jenis yakni jenis cabai ori dengan jenis cabai asmoro. Kedua jenis tersebut memiliki ketahanan terhadap cuaca hujan.
Menurutnya, cabai ori lebih tahan terhadap cuaca hujan karena posisi cabai yang vertikal, sehingga air hujan mampu langsung turun kebawah tanpa menyebabkan kelembapan yang lama.
“Cabai asmoro lebih dominan gampang terkena penyakit patek karena kondisi cabai yang merunduk, sehingga cabai yang belum kering masih lembab atau kurang terkena matahari akan mudah terkena penyakit patek. Sedangkan, cabai ori lebih diunggulkan untuk musim hujan karena kondisi cabai tegak vertikal ke atas sehingga air bisa langsung turun dan sangat mudah cepat kering cabainya,”jelas Aan.
Leave a Comment