JOMBANG, KabarJombang.com – Menangkap angsa mungkin sudah biasa kita lakukan. Lalu bagaimana jika cara menangkap jenis unggas tersebut dilakukan dengan mata tertutup? tentu ini akan menjadi tantangan sendiri.
Sebab, seperti yang kita ketahui bersama, angsa adalah salah satu hewan berkaki dua yang sedikit galak dan tak jarang suka mematok alias ‘nyosor’.
Namun, hal ini tidak menjadi halangan bagi warga Dusun Ketanen, Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro, Jombang.
Sejumlah emak-emak dan bapak-bapak ini malah berebut menangkap seekor angsa tanpa bisa melihatnya. Sebab, kedua mata mereka sengaja ditutup dengan selembar kain.
Menangkap angsa tersebut merupakan salah satu perlombaan yang sengaja digelar warga setempat untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia ke-75. Selain angsa, panitia lomba juga melepaskan beberapa ekor bebek di arena lomba.
Lomba menangkap angsa dan bebek ini semakin terlihat semarak dan diwarnai gelak tawa para penonton. Karena tak jarang salah satu peserta lomba menjerit kesakitan karena tak sadar dipatok sang angsa yang kebingungan menyelamatan diri dari sergapan sejumlah orang yang hendak menangkapnya.
Bagi siapa yang berhasil menangkap angsa atau bebek itu, dia yang berhak menjadi pemenang dan mendapatkan hadiah yang telah disediakan panitia.
“Sakit sekali lengan saya kena sosor banyak (angsa) ini pak,” teriak salah satu emak-emak peserta lomba, Sabtu (22/8/2020).
Tak hanya menangkap angsa dan bebek, panitia juga menggelar lomba minum teh dengan botol susu bayi (dot) dan merias wajah dengan mata tertutup.
Tentu lomba tersebut sangat meriah dan lucu. Sebab, bisa kita bayangkan, jika ada orang dewasa yang minum menggunakan botol susu bayi alias ngedot. Tentu menggemaskan.
Salah satu panitia lomba, Masudin, mengaku sengaja menggelar perlombaan unik untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia sebagai bentuk rasa syukur dan bangga terhadap para pahlawan yang telah berjuang merebut kemerdekaan melawan penjajah 75 tahun silam.
Dia berharap, generasi milenial sekarang akan mampu meneruskan perjuangan para pahlawan itu.
“Ini bentuk penghargaan kami kepada para pahlawan yang telah gugur merebut kemerdekaan Indonesia, mereka (anak-anak) ini perlu tahu bagaimana perjuangan para pahlawan di medan perang itu, kami bangga, merdeka,”pungkas Masudin yang ahli terapis telinga itu kepada KabarJombang.com.