Mitos dan Amalan Muharram, Mbah Bolong: Malam Asyura Disunnahkan Beri Belanja Lebih Istrinya

KH. Nur Hadi alias Mbah Bolong saat ditemui di studio RCTV, Kamis (20/8/2020). (Foto: Anggraini Dwi Sa'idah)
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com – Bulan Muharram atau Bulan Suro merupakan bulan yang sangat dimuliakan Allah SWT, dan salah satu bulan keempat bulan yang suci disisi Allah SWT, sehingga umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan kebaikan.

Amalan di bulan Muharram dalam hadis ada dua belas amalan yang disunnahkan. Dari dua belas amalan yang masuk dalam hadis sahih, hanya ada tiga amalan, yakni puasa, menyantuni anak yatim, dan memberikan nafkah lebih pada keluarga. Jika dikerjakan, maka akan mendapatkan pahala berlipat-lipat.

Baca Juga

“Kalau bahasa Jombangannya, mayoran (makan bersama). Jadi ketika malam sepuluh suro, Asyura dalam Islam, disunnahkan memberikan belanja lebih kepada istri,” papar KH Nur Hadi atau yang dikenal Mbah Bolong, saat ditemui di studio RCTV Jombang, Kamis (20/8/2020).

Mbah Bolong menuturkan, di Jombang yang saat ini sedang membudaya baik, adalah santunan kepada anak-anak yatim di tanggal sepuluh suro. Dai kondang Jombang ini meyakni, meskipun pandemi Covid-19, tidak menyurutkan masyarakat melakukan santunan kepada anak yatim.

Seperti kitab Tanbihul Ghaffilin bi-Ahaditsi Sayyidil Anbiyaa-i wal Mursalin disebutkan bahwa Rasulullah SAW, bersabda:

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أَعْطَاهُ اللَّهُ تَعَالَى ثَوَابَ عَشْرَةِ آلافِ مَلَكٍ ، وَمَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ الْمُحَرَّمِ أُعْطِيَ ثَوَابَ عَشْرَةِ آلَافِ حَاجٍّ وَمُعْتَمِرٍ وَعَشْرَةِ آلافِ شَهِيدٍ ، وَمَنْ مَسَحَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِ يَتِيمٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ رَفَعَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ دَرَجَةً

Artinya: “Barangsiapa berpuasa para hari Asyura (tanggal 10) Muharam, niscaya Allah akan memberikan seribu pahala malaikat dan pahala 10.000 pahala syuhada’. Dan baragsiapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, niscaya Allah mengangkat derajatnya pada setiap rambut yang diusapnya.”

“Setiap helai rambut dinaikkan satu derajat. Kalau mengusap anak yatim itu dari rambut kepala belakang ke depan. Sedangkan, piatu dari rambut kepala bagian depan ke belakang,” ungkapnya.

Bulan suro kerapkali diartikan masyarakat sebagai bulan balak atau musibah atau keluarnya makhluk-makhluk gaib. Dalam ini tidak dibenarkan Mbah Bolong. Dikatakanya, pada sepuluh suro, Allah SWT memberikan bonus rahmat.

“Mulai Nabi Adam diterima taubatnya, Nabi Idris naik ke langit, Nabi Nuh selamat dari banjir, Nabi Ibrahim yang selamat dari api yang dibakar oleh Raja Namrud, ya di tanggal sepuluh Suro itu,” ujarnya.

Menurut Mbah Bolong, bulan suro memang bulan-bulan paceklik di Indonesia, seret-seretnya ekonomi maupun acara. Karena itu, tidak bisa diartikan sebagai bulan balak atau bulan yang penuh musibah atau misteri. “Dan anggapan seperti itu tidak boleh dianggap benar,” tegasnya.

Mbah bolong menyebut, banyak mitos terkait bulan muharram atau suro. Di antaranya merupakan bulan nahas atau sial, sehingga tidak diperbolehkan keluar atau berpergian. Bulan suro merupakan bulan ritual mandi pusaka (keris, tombak, dan sebagainya).

Juga dalam bulan Suro, pantangnya melakukan hajatan. Dalam bulan suro juga adanya keberkahan pada tempat atau situs tertentu, dan diyakini sebagai bulan yang ngruwat.

“Hal-hal seperti ini bukan termasuk ajaran Islam. Sekalipun itu dilakukan oleh orang-orang Islam atau diselingi dengan ayat-ayat suci Al-Quran. Itu sama sekali tidak dibenarkan dalam Syariat Islam,” tandasnya.

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait