Menelusuri Cikal Bakal Desa Ngampungan Jombang, Tikungan Misteri dan Sumber Air Berkhasiat

Tim Jombang Bukan Misteri saat berada di makam Mbah Sampurno Desa Ngampungan, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. (Foto: Tim Jombang Bukan Misteri)
  • Whatsapp

BARENG, KabarJombang.com – Keberadaan dua makam yakni Mbah Sampurno dan Mbah Longgor atau Johbranti, dipercaya sebagai cikal bakal (pembabat alas) Desa Ngampungan, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kakek dan nenek moyang ini diyakini ada pada masa kerajaan Mataram Hindu.

Sang juru kunci kedua makam tersebut, Mbah Asmadi mengatakan, dua leluhur tersebut adalah orang paling berjasa bagi desa setempat.

Baca Juga

“Kalau sekarang, secara gaib, dua orang ini bisa dikatakan lurah dan carik. Kalau terjadi apa-apa di desa ini, keduanya akan berunding untuk memutuskan sesuatu,” kata Mbah Genjik, begitu Mbah Asmadi biasa disapa, kepada tim “Jombang Bukan Misteri”, salah satu program acara uri-uri atau penelusuran sejarah KabarJombang.com.

Sosok Mbah Longgor, cerita mbah Genjik, adalah seorang puteri yang memiki sifat welas asih tinggi. Konon, siapapun yang berperilaku buruk, mbah Longgor tidak membalasnya dengan keburukan. Namun sebaliknya, dibalas dengan kebaikan.

“Mbah longgor ini putrid.Mempunyai jiwa welas asih sangat tinggi. Ibaratnya kalau orang mau niat jelek ke orangnya, malah dibaiki sama Mbah Longgor. Orangnya baik dan tidak bisa menyakiti orang lain, makanya dijuluki punya welas asih tinggi,” jelasnya, didampingi Rohan, Kepala Desa (Kades) Ngampungan.

Sedangkan Mbah Sampurno, lanjutnya, merupakan sosok panglima perang di zaman kerajaan Mataram Hindu. Meski begitu, kepribadiannya sangat bijaksana. Bahkan, Mbah Sampurno semasa menjadi panglima perang, sangat diandalkan karena kecerdasannya mengatur stategi peperangan.

“Kalau Mbah Sampurno ini kesatria. Seorang panglima perang yang bijaksana dan paling diandalkan dalam peperangan waktu itu. Makanya, aura bijaksananya terasa sekali di sekitar makam Mbah Sampurno,” terangnya.

Di pusara kedua tokoh ini, tersusun batu bata berukuran besar zaman kerajaan Majapahit. Menurut Kades Rohan, makam tersebut sengaja dibangun dengan batu bata zaman Majapahit. Ia mengaku berburu bata bersejarah tersebut, saat ada kabar ada yang menemukannya.

“Dulu, setiap ada yang menemukan bata zaman kerajaan Majapahit, berserakan, kita langsung berburu. Ketimbang tidak berfungsi, mendingan kami borong untuk area makam di sini. Kalau benda bersejarah selain bata, kami tidak berani,” jelas Kades Rohan.

Soal kekuatan magis di antara kedua makam tersebut, paling terasa kuat di makam Mbah Longgor. Area makam mbah Longgor kemudian difungsikan sebagai tempat pemakaman umum dusun. Sedangkan makam mbah Sampurno, hanya sendirian.

Untuk mendoakan leluhur serta upaya melestarikan kearifan lokal, setiap tahun tepatnya di bulan Suro atau Muharram, warga Desa Ngampungan menggelar sedekah desa di dua area makam tersebut.

“Memang aura mistisnya lebih besar di Mbah Longgor. Segala macam makhluk gaib ada di sini. Mungkin anda bisa merasakannya. Ya, di sini juga kalau ada sedekah desa tiap tahun. Juga ada beberapa orang untuk kesenian jaranan di sini,” ungkap mbah Asmadi.

Tikungan Cengkiluk

Misteri lain di Desa Ngampungan, yakni adanya tikungan yang dipercaya menyimpan kekuatan gaib cukup tinggi. Lokasi ini kemudian dikenal dengan istilah “Tikungan Cengkiluk”, sebagai gerbang tolak balak. Siapa pun yang bukan warga setempat hendak masuk ke desa tersebut dengan memiliki niat jahat, yang bersangkutan akan kembali.

“Namanya memang cengkiluk. Siapa pun dari pihak manapun masuk ke desa ini namun ada niat jelek, pas melewati tikungang itu pasti akan kembali. Kayak dihipnotis atau ada ketakutan agar batal melancarkan niat tidak baiknya itu di desa ini,” beber Asmadi.

Ia tak mengetahui pasti, asal usul dinamakan ‘cengkiluk’. Konon, lanjut Asmadi, banyak kejadian dan sudah berlangsung sejak dulu.

“Nggak tahu. Tapi dari dulu, orang menyebut ‘cengkiluk’. Banyak kejadian di sini. Kayak jaman Belanda dulu, mau masuk menyerang juga nggak bisa. Ada juga yang mau maling, pas melewati tikungan ‘cengkiluk’ pasti balik kucing nggak dilanjutkan,” imbuhnya.

Sumber Air Pandan Sili

Selain banyak menyimpan misteri, Desa Ngampungan juga memiliki sumber air berkhasiat. Selain airnya tak pernah habis meski musim kemarau panjang melanda, air dari sumber ini dipercaya memiliki khasiat awet muda bagi siapa saja yang mandi atau sekedar berwudlu.

Sumber air tersebut, berada di dalam sebuah bangunan seperti rumah dan hanya terdapat satu pintu berukuran kecil. Menurut Kades Rohan, pintu tersebut terkunci dan hanya setahun sekali dibuka, setelah dilakukan sedekah desa.

“Pintunya dibuka tiap tanggal 15 Muharram. Kalau sekarang, nggak bisa dibuka. Kunci gemboknya dibuang. Kalau pada tanggalnya, gemboknya ya digergaji. Selama bulan Muharram atau Suro, ada banyak kegiatan di desa ini, kegiatan budaya,” kata dia.

Sumber air ini, lanjut Rohan, kemudian dialirkan untuk Wisata Desa Pemandian Pandan Sili. Dikatakannya, pemandian tersebut bukannya ada baru-baru ini. Melainkan sejak zaman Belanda. Kemudian, sekitar awal tahun 2019, Pemdes setempat merehabnya.

“Kolam renang ini sudah ada sejak zaman Belanda. Struktur bangunannya dan bagian besar bangunan masih asli. Kemudian kita rehab dan kita fungsikan sebagai wisata desa, yakni pemandian Pandan Sili,” kata Kades Rohan.

Untuk kekuatan magis di lokasi ini, kata Mbah Genjik, cukup kuat sebelum direhab. Dia juga mengatakan, melakukan sejumlah ritual sebelum dimulai merehab bangunan tua peninggalan Belanda itu.

“Kalau sekarang sudah netral. Kini sudah menjadi wisata desa pemandian. Sebelum direhab waktu itu, ya kita juga ritual terlebih dulu,” pungkas Mbah Genjik.

Tonton Videonya :

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait