Konsumsi Tontonan Bisa Mengundang Pelecehan Seksual 

Ilustrasi. (Istimewa).
  • Whatsapp

JOMBANG, KabarJombang.com- Pelecehan seksual bisa terjadi dimana saja dan sewaktu-waktu. Karena, semua orang bisa menjadi pelaku seksual, tidak memandang usia, gender, latar belakang. Begitupun dengan korbannya.

Dan berdasarkan data yang dilansir dari wccjombang.org, kasus pelecehan seksual (PS) di Jombang, dari tahun 2019 dan tahun 2020 mengalami kenaikan. Dalam tahun 2019 bulan Oktober dan Nopember terdapat 2 kasus PS. Sedangkan tahun 2020 bulan Januari dan Juni terdapat 5 kasus PS.

Baca Juga

Hal ini membuktikan bahwa kasus pelecahan seksual masih marak terjadi di Kabupaten Jombang.

Menurut psikolog dan dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, Nailatin Fauziyah. Pelecehan seksual bisa terjadi pada seseorang tergantung tontonan apa yang dikonsumsinya, sehingga seseorang tersebut terinspirasi prilakunya kemudian mengimplementasikannya kepada orang lain.

Naila mengutarakan bahwa kasus pelecehan seksual pernah terjadi di Jombang yang sempat dikajinya waktu itu. Dengan kasus pencurian yang dilakukan anak SMP dan SMA, karena tontonan film detektif.

Sementara kasus di Mojokerto pembunahan pacar, yang disebabkan karena si pelaku sering menonton acara tv sejenis rekaulang. Sehingga pelaku terinspirasi melakukan ke korban atau pacarnya.

“Jadi apa yang kita tonton itu bisa menginspirasi terhadap prilaku seseorang. Baik itu tontonan yang dilihat positif atau negatif,” katanya melalui sambungan telepon kepada Anggraini dari KabarJombang.com, Jumat (21/8/2020).

Menurutnya, jika film yang ditonton ada kandungan prilaku seksual. Maka tidak menuntut kemungkinan pelaku atau seseorang tersebut terinspirasi untuk melakukan.

“Siapapun itu yang nonton film terkait seksual maka gairah seksualnya pasti akan muncul. Dan kembali lagi dengan cara pengelolaan masing-masing individu,” paparnya.

Selain itu, lanjut Naila, pelecehan seksual tidak hanya dipengaruhi oleh tontonan yang dilihat. Karena kepribadian seseorang juga akan berpengaruh. Dan value (nilai-nilai) yang diyakini didalam diri, bagaimana cara mengelola dan menagkap tontonan tersebut.

“Prilaku seseorang bisa dipengaruhi banyak hal, seperti menonton tv atau saat melihat seseorang melakukan kekerasan,” ujarnya.

Untuk mehindari prilaku tersebut, Naila menandaskan tergantung dari proses belajar seseorang. Diantaranya merubah cara berfikir terhadap respon atau sesuatu yang menyentuh emosi.

“Saat seseorang diperlakukan tidak adil kemudian emosi, itu wajar saja. Namun, untuk menunjukkan bahwa seseorang marah itu tidak tepat. Jika diimplementasikan dengan kekerasan sehingga orang lain dan diri sendiri terlukai,” katanya.

 

 

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait