Keterbatasan Biaya, Kakek Penderita Tuberculosis Paru-paru ini Butuh Uluran Tangan

Kakek Tumijan saat disuapi makan oleh isterinya. (FOTO: RIEF)
  • Whatsapp

KABARJOMBANG.COM – Sedih dan pilu tampak dari raut wajah Tumijan (70) warga Desa Plabuhan Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang. Di usia senjanya itu, ia menderita penyakit Tuberculosis (TB) paru-paru.

Penyakit yang dideritanya sekitar lebih 5 bulan lalu, menggerogoti tubuh kakek yang memiliki dua anak ini, hingga kurus. Kini, dirinya hanya bisa berbaring dan duduk diatas kasur yang berada di ruang tamu rumahnya yang terbuat dari papan kayu. “Bapaknya nggak bisa kemana-mana. Saya hanya bisa pasrah dengan kondisi bapaknya,” ujar isteri Tumijan di sela-sela menyuapi suaminya, Rabu (8/3/2017).

Baca Juga

Sedihnya lagi, tidak ada satupun anaknya yang mampu meringankan beban sakit yang derita kakek 5 cucu ini. Pasalnya, putera sulungnya kini tinggal di Cepu, Jawa Tengah. Sedangkan putra bungsunya tinggal di desa tetangga. Meski begitu, kedua puteranya tak bisa membantu banyak demi kesembuhan bapaknya, lantaran himpitan ekonomi.

“Jadi saya yang mengurus semuanya. Mau gimana lagi,” ujar isteri Tumijan, yang kini menjadi tulang punggung ekonomi mereka berdua.

Nenek yang kini meneruskan pekerjaan suaminya sebagai buruh tani ini menceritakan, sebelum diketahui penyakitnya, Tumijan mengalami linu pada seluruh tubuhnya. Selain itu, Tumijan juga mengalami batuk berdahak cukup lama. Iba dengan kondisi suaminya, ia kemudian membawa suaminya ke Puskesmas yang berada di Desa Bangsri, berbekal secarik Kartu Program TB Nasional yang dikeluarkan PKM Plandaan.

“Kami hanya punya kartu ini. Kami dapatkan belum lama saat bapaknya sakit. Saya sendiri yang mengantar,” ujarnya sambil menunjukkan kartu yang dimaksud.

Dari hasil pemeriksaan di Puskesmas, Tumijan divonis menderita TB Paru-paru. Oleh dokter Puskesmas, Tumijan kemudian disarankan berobat ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis lebih intensif. Karena keterbatasan biaya untuk pengobatan, isteri Tumijan tak berani membawa suaminya untuk dirawat inap di rumah sakit. Ia pun pasrah dan mengandalkan obat yang diberi oleh Puskesmas.

“Ya hanya obat jalan. Tidak punya biaya untuk berobat ke rumah sakit. Katanya, tidak bisa pakai kartu ini kalau berobat gratis di rumah sakit. Ini disuruh menghabiskan obat dari Puskesmas hingga 6 bulan,” katanya sedih sembari menunjukkan obat yang dimaksud.

Disinggung apakah memiliki kartu lainnya, istri Tumijan mengaku tidak memiliki kartu fasilitas kesehatan dari pemerintah, semacam kartu BPJS atau Kartu Jombang Sehat (KJS) atau Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Bahkan, dirinya juga mengaku belum pernah dijenguk perangkat desa setempat sejak sang suami sakit. “Belum ada perangkat desa yang kesini,” lanjutnya.

Dia piun berkeluh, untuk mengurusi suaminya, tentulah bukan hal yang mudah. Butuh kesabaran ekstra. Apalagi dengan kondisinya yang hanya bisa berbaring dan duduk beralas kasur diatas dipan yang sudah termakan usia. Tentu sangat menyulitkannya. Belum lagi biaya sehari-hari dan asupan gizi sang suami. Bisa mengeluarkan budget yang tidak sedikit.

Dengan kondisi seperti itu, kini dia hanya bisa pasrah dengan kondisi yang menimpa suaminya. “Untuk makan saja susah. Kadang, bisa beli susu untuk bapaknya, kadang juga dikasih tetangga. Ya… dijalani saja dengan sabar dan ikhlas,” ucapnya sedih kepada KabarJombang.com. (rief/kj)

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait