Disperindag Jombang, Bantah Adanya Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kilogram

Kelangkaan elpiji ukuran 3 kilogram, dan harganya yang melambung, mulai dirasakan warga Jombang, Jawa Timur. (FOTO: AAN)
  • Whatsapp

KABARJOMBANG.COM – Adanya kelangkaan Gas Elpiji ukuran 3 kilogram yang terjadi di wilayah Desa Pandangwangi, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, akhirnya memantik reaksi Dinas Perindustrian Perdagangan (Perindag) dan Pasar Kabupaten Jombang.

Mereka mengaku, bahwa sesungguhnya terdapat banyak pasokan mulai dari tingkat agen hingga pangkalan untuk kebutuhan Gas Elpiji ukuran 3 kilogram. Sebab, pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan pihak Pertamina soal adanya pasokan gas menjelang peryaan hari besar.

Baca Juga

“Jadi sebenarnya untuk di tingkat agen hingga pangkalan tidak ada masalah, alias tidak mengalami kekosongan atau kelangkaan yang dimaksud. Sebab, setelah kita lakukan koordinasi dengan Pertamina, mereka sudah melakukan Build Up Stok kebutuhan gas di hari libur, seperti peringatan Kemerdekaan RI sampai Hari Raya Idul Adha, hingga 200 persen. Artinya di tingkat agen hingga pangkalan, masih terdapat stok gas ukuran 3 kilogram,” ujar Purwanti, Kasi Pengawasan dan Perdagangan, Disperindag dan Pasar Kabupaten Jombang, Jumat (24/8/2018).

Menurutnya, untuk kebutuhan di hari normal di Kabupaten Jombang, sebenarnya sudah memasok 56.000 tabung yang didistribusikan melalui 26 agen hingga 257 pangkalan gas elpiji.

“Nah, sehingga untuk mencukupi peningkatan kebutuhan di hari libur. Pertamina sudah menambah pasokan hingga 57.120 tabung. Artinya, saat ini gas elpiji yang didistribusikan di Jombang mencapai angka 113.120 tabung gas. Dan berdasarkan data penggunaan, hal ini sudah cukup untuk memenuhi. Dan itu dijual dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni Rp 16 ribu pertabung,” jelasnya.

Selain membantah adanya kelangkaan gas elpiji ukuran 3 kilogram, pihaknya juga menanggapi adanya kenaikan harga elpiji di tingkat pasaran yang dikabarkan mencapai angka Rp 18 hingga Rp 20 ribu per tabung jenis molen.

Mereka memastikan bahwa kenaikan yang terjadi akibat adanya mata rantai penjualan di bawah tingkat pangkalan. Sebab, untuk harga elpiji sudah dikendalikan Pertamina hingga tingkat pangkalan yang mencapai Rp 16 ribu per tabung.

“Kita akui, setelah pendistribusian turun hingga ke tingkat pengecer ini terjadi kenaikan. Sebab, setelah turun di bawah pangkalan, harga gas elpiji sudah tidak bisa dikendalikan Pertamina. Ini yang menjadi faktor adanya kenaikan harga elpiji. Untuk itu, kami saat ini masih melakukan evaluasi terhadap perkembangan harga di tingkat pengercer hingga konsumen,” jelasnya. (aan/kj)

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait