Derita Bocah Penderita Kanker Saluran Pernafasan asal Jombang yang Kekurangan Biaya Pengobatan

Moch Riski, bocah asal Dusun Kajangan, Desa Kepuhkajang, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang, yang mengidap penyakit kanker saluran pernafasan, harus menikmati hari-harinya tanpa keceriaan. (FOTO: AAN)
  • Whatsapp

JOMBANG, (kabarjombang.com) – Moch Riski, bocah asal Dusun Kajangan, Desa Kepuhkajang, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang, yang mengidap penyakit kanker saluran pernafasan, harus menikmati hari-harinya tanpa keceriaan. Betapa tidak, umurnya yang baru menginjak 8 tahun, ia harus menderita penyakit kanker pernafasan stadium 3.

Tentu saja hal ini menggangu pendidikan bocah bertubuh mungil itu. Sebab, sejak positif menderita kanker 2 tahun silam, dirinya harus menjalani pengobatan di rumah sakit di Surabaya. Akibatnya, putra pertama dari Nanik (32) dan juga Sutiran (42) ini harus meninggalkan bangku sekolah untuk menjalani pengobatan kemoterapi di Kota Pahlawan itu.

Baca Juga

Dari pengobatan itu, waktu yang cukup lama saat menjalani perawatan, menyebabkan dia hampir 2 tahun dan bisa menjalankan aktivitasnya sebagai salah satu murid kelas tiga di SDN Negeri Cepokoh. “Dalam satu bulan, anak saya menjalani perawatan dua kali,” ujar Nanik saat mendapingi putranya yang sudah kehilangan keceriaan layaknya bocah seumurannya ini, Senin (1/11/2016).

Dan dalam satu kali pengobatan memakan waktu selama 14 hari. Sebab dia masih harus menjalani perawatan intensif. Dari situlah, dirinya tak bisa menikmati bangku sekolah yang saat ini masih harus ditempuhnya.

Meski sudah mendapatkan bantuan melalui pengobatan gratis yang ditanggung Pemkab melalui Dinas Sosial, namun orang tua bocah ini masih merasa keberatan dalam menanggung biaya hidup selama menjalani pengobatan kemoterapi. Sebab pekerjaan orang tua bocah malang ini, hanya sebagai buruh tani.

Padahal dalam sekali pengobatan, untuk biaya hidup di Kota Pahlawan, dirinya membutuhkan dana sedikitnya Rp 2 juta. Dan itu ditanggungnya dalam satu bulan dua kali. “Kami memang sudah dibantu pemerintah. Namun untuk biaya hidup saat berobat di Surabaya masih sangatlah berat bagi kami,” keluhnya.

Untuk tetap membuat anaknya agar terus melakukan pengobatan demi kesembuhannya, dirinya terpaksa harus mencari pinjaman dan juga bantuan kepada warga yang merasa kasihan dengan penderitaannya. Tak jarang pula, dirinya harus mencari tempat lain dimana tempat itu bisa membantu biaya hidup saat pengobatan anaknya.

“Tak jarang kami harus pinjam dari tetanga dan juga teman yang mampu. Meski entah bagaimana cara kami membayarnya nanti,” terangnya dengan tetesan air mata yang mulai terjatuh dari kelopak matanya.

Lebih dari itu, dirinya sampai saat ini juga masih putar otak untuk bisa mencari uang untuk biaya hidup saat pengobatan. “Saat ini, saya masih membutuhkan bantuan untuk anak saya. Sebab saat pengobatan anak saya, banyak membutuhkan popok, susu, dan juga makan kami saat di Surabaya. Tak jarang kami juga meminta bantuan ke instansi sosial yang mungkin bisa membantu kami,” pungkas ibu dua anak ini kepada Kabarjombang.com. (aan)

Iklan Bank Jombang 2024

Berita Terkait